Tentang komitmen dan kehidupan anak muda

Dalam satu pertemuan ibadah saya teringat salah satu khotbah mengenai komitmen dan integritas.

Semua orang tahu, komitmen merupakan sebuah statemen, dimana kita harus memegang teguh apa yang akan menjadi prinsip dalam hidup kita, dan integritas merupakan cerminan nyata dari statemen tersebut. Orang yang punya komitmen yang jelas dan konsisten dengan kata – katanya adalah orang yang berintegritas – apapun kondisinya – biarpun orang bilang A dia tetap bertahan di B – dalam hal ini komitmen yang membawa kebaikan bagi dirinya sendiri ataupun orang lain.

Saya ambil ilustrasi dalam kehidupan anak muda sekarang ini. Anak muda jaman sekarang tergolong sembarangan dalam berkomitmen (walaupun tidak seluruhnya).

Dalam hal sederhana saja, bikin janji kadang – kadang tidak ditepati. Misalkan janji mengerjakan tugas jam 7 di rumah si A tapi ternyata orang – orangnya tidak ada yang datang. Masalah asmara juga (ini yang paling sering), oleh karena itu kenapa belakangan ini ada istilah php (Pemberi harapan palsu, bukan hypertext preprocessor). Orang yang tidak berintegritas cenderung memperlihatkan sifat yang seolah – olah memberi harapan tetapi sebenarnya tidak. Masa muda seharusnya adalah masa yang tepat untuk menumbuhkan komitmen (gak usah jauh – jauh) dengan Tuhan ataupun keluarga misalkan. Tetapi kenyataannya tidak sedikit dari kaum muda yang ternyata tidak bisa menumbuhkan komitmen itu. Biasanya karena kurangnya kontrol sosial ataupun faktor lingkungan.

Komitmen dan Integritas – Seperti kejujuran dan keterbukaan, Iman dan Perbuatan – adalah satu kesatuan. Tanpa salah satu dari mereka apakah kita masih disebut beriman? Ataupun disebut orang jujur? Ataupun orang yang konsisten terhadap kata – kata?

Konyol jika tanpa salah satu dari ketiga di atas kita dapat disebut pribadi yang berkarakter seperti Tuhan karena ketiga pasang komponen ini merupakan komponen penting (mungkin salah satu dari sekian macam komponen) yang diibaratkan seperti sebuah tubuh. Tanpa salah satunya? Ya pincang… Kalau ngga pincang ya buta, atau tuli… Tubuh rohani kita bakalan cacat. Oleh karena itu komponen yang telah di jelaskan di atas adalah cerminan tubuh rohani kita seperti apa.

So, pikirkanlah hal ini baik2… Jangan sampe nyasar. Tuhan memberkati 🙂


Tinggalkan komentar